Universitas Gadjah Mada PUSAT STUDI WANITA
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Lingkup Kegiatan
    • Prioritas Kegiatan
    • Program Pendidikan & Pelatihan
    • Mitra Kerjasama
  • Profil
    • Sekilas Berdirinya PSW
    • Visi & Misi
    • ORGANISASI
    • Profil Tenaga Ahli
    • Profil Peneliti
  • Kontak
  • Galeri
  • KKN Sabu Raijua
  • Beranda
  • Artikel
  • Peran Keluarga dalam Moderasi Beragama

Peran Keluarga dalam Moderasi Beragama

  • Artikel, SEMINAR, Uncategorized
  • 13 January 2021, 03.05
  • Oleh: psw
  • 2

Pada hari Jumat, 8 Januari 2021, Convey Indonesia mengadakan Webinar dengan tema “Peran Keluarga dalam Moderasi Beragama.” Acara ini diisi oleh 3 (tiga) narasumber, yaitu Noor Huda Ismail, PhD selaku Produser Film Seeking the Imam, Siti Nur Andini selaku Manajer Program Keluarga Kita, dan Dr. Arief Subhan, MA selaku Koordinator Penelitian “Homeschooling.”

Terorisme merupakan buah dari paham ekstrimisme dengan kekerasan atau yang dikenal dengan violent extremism. Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam agama sehingga sering kali dijadikan sasaran empuk bagi para provokator untuk menimbulkan gesekan di masyarakat. Data menunjukkan bahwa 4 dari 10 Generasi Z menyatakan bahwa perbuatan intoleran terhadap minoritas adalah hal yang benar. Artinya, Generasi Z dapat berpotensi untuk meningkatkan perilaku intoleran di Indonesia. Oleh karena itu, keluarga sangat berperan dalam mendidik anak, khususnya terkait moderasi beragama.

Keluarga  merupakan environment sentral penanaman nilai religius terhadap anak. Terdapat hadits yang menyebutkan bahwa “Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani” (Bukhari – Muslim).  Hubungan yang baik antara anak dan orang tua dapat tercipta melalui hal-hal kecil yang dilakukan setiap hari. Untuk itu, orang tua harus mampu menumbuhkan nilai-nilai toleransi beragama terhadap anak mulai dari hal-hal kecil, seperti rasa empati, sikap mau mendengarkan, berkomunikasi secara efektif, dan lain-lain. Orang tua jangan beranggapan bahwa anak yang kritis berarti sama dengan anak yang sulit dikontrol dan cenderung memberontak.

Kemajuan teknologi digital memang bermanfaat untuk kehidupan kita, akan tetapi hal ini membuat orang tua tidak bisa mengontrol anak dari paparan teknologi digital ini. Orang tua sulit mengetahui informasi apa saja yang dikonsumsi oleh anak melalui media sosial. Kesepakatan menjadi cara komunikasi terbaik antara anak dan orang tua untuk mengatasi permasalahan yang timbul akibat teknologi digital. Kesepakatan perlu dilakukan melalui pembicaraan dan negosiasi, tidak hanya sekadar orang tua mengancam atau menghukum anak. Dengan demikian, yang perlu dilakukan orang tua adalah dengan memberdayakan dan membekali anak sehingga motivasi anak untuk bertoleransi datang dari dalam diri mereka atau internal, bukan hanya karena paksaan orang tua.

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Comment (2)

  1. Nurul Faiza 2 years ago

    Daya butuh referensi ini untuk mencati fenomena moderasi beragama

    Reply
  2. EDIS ANGGREA NOVERI 5 months ago

    NO KOMEN

    Reply

Recent Posts

  • PSW UGM berduka atas meningglnya Ibu Suzanna Eddyono, S.Sos., M.Si., M.A., Ph.D.
    August 12, 2025
  • Selamat….Mas Yoga
    July 23, 2025
  • SELAMAT HARI LAHIR PANCASILA
    June 1, 2025
  • SELAMAT HARI LANJUT USIA NASIONAL
    May 29, 2025
  • SELAMAT MEMPERINGATI KANAIKAN YESUS KRISTUS
    May 29, 2025
Universitas Gadjah Mada

Pusat Studi Wanita Universitas Gadjah Mada

Gedung PAU UGM Sayap Timur, Lantai I

Jalan Teknika Utara, Depok, Sleman, Yogyakarta  55281

No Telp (0274)583546

© Universitas Gadjah Mada

KKN Sabu RaijuaAll PostAmanat Peran Kemdiktisaintek “8 Misi Presiden dan Wakil Presiden”

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY