PELATIHAN METODE PENELITIAN RESPONSIF GENDER DAN GENDER BASE VIOLENCE
PSW UGM mengadakan pelatihan Motode Penelitian Responsif Gender & Gender Base Violence pada tanggal 7 -11 November 2016 bertempat di Ruang Kenanga 2 Hotel Cakra Kusuma Yogyakarta, Pelatihan tersebut kerjasama antara PSW UGM dengan SEM Republik Timor Leste.
Penelitian berperspektif gender tidaklah sama dengan penelitian tentang perempuan. Penelitian tentang perempuan menjadikan perempuan sebagai obyek studinya. Penelitian dapat berupa diskriptif obyektif dalam arti melihat perempuan tidak dari dalam atau dari sisi perempuannya sendiri, melainkan dari sudut pandang luar. Penelitian tidak jarang memberikan penjelasan atau interpretasi yang androsentrisme yaitu adanya sebuah pemahaman yang menjadikan laki-laki dianggap sebagai pusat dari dunia, sehingga fokus ideologis hanya pada laki-laki sehingga isu-isu yang mempengaruhinya mungkin akan merugikan perempuan. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan, penelitian tentang perempuan tidak bertitik tolak dari pengalaman, masalah, atau kepentingan perempuan, melainkan bertitik tolak dari kepentingan pihak-pihak lain.
Saat sekarang ini nampaknya perhatian dari berbagai pihak tentang perlunya dilakukan penelitian berperspektif gender semakin tinggi, sehingga perlu dilakukan pelatihan tentang metode penelitian sensitif gender dan gender base violence
Peserta Pelatihan
1. João Lino Guterres
2. Pedro Ximenes
3. Fátima Lourdes Alves
4. Noemia Magno
5. Napoliao de Andrade Soares
6. Angelina Ave Maria Pires
7. Brigida da Costa
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:
– Peserta mampu memahami isu – isu gender dalam pembangunan, sehingga dapat menganalisis dalam rangka melakukan penelitian yang hasilnya bisa dijadikan pijakan penyusunan kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang reponsif gender.
– Peserta mampu mengembangkan ilmu pengetahuan berbasis riset sensitive gender
– Peserta mampu melakukan penelitian berbasis gender
Manfaat pelatihan ini adalah:
– Untuk pengembangan metode penelitian berbasis gender dalam rangka mendorong percepatan pelaksanaan PUG
– Mendorong isu gender di berbagai bidang sebagai bagian pengembangan ilmu pengetahuan
Materi
1. Konsepsi, Teori, dan Isu Gender secara Global dan Nasional
2. Pengarusutamaan Gender / Gender Mainstreaming dalam Pembangunan
3. Analisis Gender
4. Metode Penelitian Gender
5. Teknik Pengumpulan Data
6. Isu Gender dan Analisis Gender dalam Penyusunan Kebijakan dan Peraturan Perundangan-undangan
7. Undang-undang Perkawinan dan Hak-Hak yang Melekat
8. Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)
9. Studi Kasus
10. Pengamatan terkait Isu-Isu Gender (Lapangan)
Pemateri
1. Prof.Dr. Partini, SU
2. Dr. RA Arida Oetami, M.Kes (Kepala BPPM Prov DIY)
3. Dr. Tri Winarni SP, SU (Kepala PSW UGM)
4. Dr. Wiwik Puji Mulyani (Sekretsaris PSW UGM)
5. Surani Hasanati, S.Si., M.Sc
6. Prof. Ari Hernawan, SH., M.Hum
7. Sri Natin,S.H., S.U
8. Drs. Soeprapto, SU
Pelatihan dibuka oleh Dr. Wiwik Puji Mulyani, S.Si., M.si sebagai sekretaris PSW UGM, beliau mengucapkan selamat datang kepada pesertaa, dan berterimakasih kepada SEM Republik Timor leste yang selama ini bekerja sama dengan UGM dan mempercayakan pelatihan tenteng metode penelitian responsif gender ini kepada PSW UGM, dan semoga apa yang di sampaikan dapat memberi manfaat kepada para peserta dan masyarakat Republik Timor Leste pada umumnya
sesi I dengan pemateri Prof.Dr. Patini dengan menganggakat tema “ISSUE & TEORI GENDERGLOBAL DAN NASIONAL”
beliau Memaparkan berbagai hal isu gender global dan nasional, isu gender dari masa ke masa yang diawali dgn Gerakan Feminis Gelombang I yg diakibatkan krn revolusi industri, abad 17 sampai 19, mulai dr Feminis Liberal, Marxis, Sosialis, dan Radikal Disusul dgn Gelombang II, setelah Revolusi Hijau, tahun 1970-an saat era modernisasi, sedangkan Gelombang III setelah Rev Teknologi Informasi & Komunikasi tahun 1990-an yg kental dgn nuansa Post Modernis, Pos Kolonialis dan Post strukturalis. Pergeseran paradigma isu gender setiap periode punya kelemahan selnjutnya diperbaiki terus menerus sampai tujuan perjuangan tercapai. Diskursus perjuangan terkendala pd pemahaman kultur & struktur ms2 wilayah, termasuk pendanaan sbg bukti kepeduliaan negara (Pemda). Perubahan paradigma utk menjembatani perubahan mind set, laki-laki & perempuan, baik masyarakat sipil, birokrat, legislatif dan yudikatif